Pages

Rabu, 18 Mei 2011

PRESS RELEASE AKSI SIMPATIK KAMPANYE NASIONAL “INDONESIA OPTIMIS TANPA RIBA”

AKSI SIMPATIK “INDONESIA OPTIMIS TANPA RIBA”
FORUM SILATURAHIIM STUDI EKONOMI ISLAM
MONAS - BUNDARAN HOTEL INDONESIA
JUMAT, 13 MEI 2011

Aksi Simpatik “Indonesia Optimis Tanpa Riba” dilaksanakan pada hari jumat, 13 Mei 2011 berlangsung dari pukul 14.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Acara aksi simpatik ini dimulai dengan pengkondisian oleh tim aksi yang sudah datang terlebih dahulu di depan Bundaran Bank Indonesia/Tugu Tani. Pengkondisian telah dimulai dari pukul 13.00 WIB, sambil menunggu teman-teman ekonom rabbani yang masih dalam perjalanan dan juga mobil sound yang akan digunakan untuk orasi tiba. Sekitar pukul 13.30, rombongan teman-teman ekonom Rabbani dari UIN Ciputat datang. Disusul kemudian rombongan dari STEI Tazkia, UNJ, STEI SEBI, SAHID, TRISAKTI, IPB dan para pejuang ekonom Rabbani dari kampus lainnya.

Pukul 14.00 WIB, mobil sound tiba. Acara dibuka dengan pembacaan tilawah Quran. Kemudian sambutan/orasi dari Komsat Jakarta Timur-Jakarta Pusat FoSSEI Regional Jabodetabek yaitu Barli Halim. Dilanjutkan dengan orasi dari Erwin Setiawan selaku koordinator FoSSEI Regional Jabodetabek. Kemudian perwakilan dari Komsat Bogor, saudara Willy Mardian. Dan terakhir ialah orasi dari Presiden Nasional 1 FoSSEI saudara Imam Punarko. Para orator memberikan semangat kepada seluruh pejuang ekonomi islam yang mengikuti aksi simpatik pada hari tersebut. Para orator memekikkan semangat bahwa Indonesia optimis tanpa riba dan mengungkapkan fakta di balik riba yang sangat menyengsarakan rakyat. Meskipun cuaca cukup panas menyengat, namun tak menyurutkan langkah dan memadamkan semangat.

Sambil berorasi, teman-teman ekonom rabbani FoSSEI juga membagikan tulisan artikel, stiker, leaflet dan atribut lainnya pada masyarakat sekitar yang intinya mengajak masyarakat untuk menjauhi riba. Semua aksi dilaksanakan dengan tertib tanpa ada tindakan anarkis. Sekitar pukul 14.30 WIB, para peserta aksi simpatik mulai mempersiapkan diri untuk melakukan long march menuju bundaran hotel Indonesia. Sambil merapihkan barisan dan membentuk formasi yang dipimpin oleh saudara Amri dari atas mobil sound.

Setelah formasi rapih, mobil sound bergerak menuju bundaran Hotel Indonesia diiringi oleh para peserta aksi simpatik. Sambil berjalan, para peserta menyanyikan lagu-lagu perjuangan dan juga lagu ekonom rabbani. Selain itu, para ketua-ketua KSEI/perwakilannya diminta untuk menyampaikan orasinya mengenai Indonesia optimis tanpa riba selama perjalanan menuju bundaran Hotel Indonesia. Dimulai dari orasi perwakilan BSO KSEI UNJ, dilanjutkan dengan orasi dari perwakilan STAIT SAHID, LISENSI UIN Syarif Hidayatullah, PROGRES STEI Tazkia, dan lainnya. Semua perwakilan yang berorasi mengajak masyarakat yang ada di sekitar untuk menjauhi riba. Sambil berorasi, teman-teman ekonom Rabbani FoSSEI yang lain juga ikut serta dalam membagikan artikel, stiker, leaflet, dan lainnya pada masyarakat sekitar yang sedang berjalan/mengendarai kendaraan.

Orasi terus berlanjut sambil diiringi lagu-lagu perjuangan hingga akhirnya sampai di bundaran Hotel Indonesia pada pukul 16.00 WIB. Disana, presiden nasional FoSSEI ditemani perwakilan dari tiap KSEI dan juga seluruh peserta membacakan deklarasi “Indonesia Optimis Tanpa Riba yang berupa himbauan berupa:
  1. Menghimbau kepada masyarakat untuk meninggalkan Riba/Bunga yang hari ini banyak terdapat dalam lembaga keuangan di Indonesia
  2. Pemerintah harus meninggalkan lingkaran pinjaman berbasis bunga baik melalui pinjaman luar negeri, obligasi, dan SBI yang bunga dan pelunasan hutangnya hingga hari ini telah menguras APBN bangsa Indonesia
  3. Masyarakat diminta tetap optimis dan turut aktif menghindari transaksi Riba yang jelas-jelas telah membawa kesengsaraan.

Selasa, 17 Mei 2011

Snapshot Aksi FoSSEI "Indonesia Optimis Tanpa Riba " Tanggal 13 Mei 2011




Ma'alim fith Thariq atau Petunjuk Jalan

Inilah buku Ma'alim fith Thariq atau Petunjuk Jalan yang menjadi karya terakhir dan fenomenal dari Sayyid Quthub setelah tafsir Fi Zhilalil Quran.
Umat manusia sekarang ini berada di tepi jurang kehancuran. Keadaan ini bukanlah berasal dari ancaman maut yang sedang tergantung di atas ubun-ubunnya. Ancaman maut itu adalah satu gejala penyakit dan bukan penyakit itu sendiri.
Sebenarnya puncak dari keadaan ini ialah: bangkrut dan menyimpangnya umat manusia di bidang “nilai” yang menjadi pelindung hidupnya. Hal ini terlalu menonjol di negara-negara blok Barat yang memang sudah tidak punya nilai apa pun yang dapat diberinya kepada umat manusia; bahkan, tidak punya sesuatu pun yang dapat memberi ketenangan hatinya sendiri, untuk merasa perlu hidup lebih lama lagi; setelah sistem “demokrasi” nampaknya berakhir dengan kegagalan dan kebangkrutan, sebab ternyata ia sudah mulai meniru - dengan secara berangsur-angsur - dari sistem negara-negara blok Timur, khususnya di bidang ekonomi, dengan memakai nama sosialisme!
Demikian juga halnya di negara-negara blok Timur itu sendiri. Teori-teori yang bercorak kolektif, terutamanya Marxisme yang telah berhasil menarik perhatian sebahagian besar umat manusia di negara-negara blok Timur itu – dan malah di negara-negara blok Barat juga - dengan sifatnya sebagai suatu isme yang memakai cap akidah juga telah mulai mundur teratur sekali dari segi ‘teori’ hingga hampirlah sekarang ini lingkungannya terbatas di dalam soal-soal ‘sistem kenegaraan’ sahaja dan sudah menyeleweng begitu jauh dari dasar isme yang asal dasar-dasar pokok yang pada umumnya bertentangan dengan fitrah umat manusia dan tidak mungkin berkembang kecuali di dalam masyarakat yang mundur, atau pun masyarakat yang begitu lama menderita di bawah tekanan sistem pemerintahan diktator.
Hatta di dalam masyarakat seperti itu sendiri pun - telah mulai nampak kegagalan di bidang materi dan ekonomi; yaitu bidang yang paling dibanggakan oleh sistem itu sendiri.
Lihat sahaja Russia, negara model dari sistem kolektif itu, telah mulai diancam bahaya kebuluran yang hampir sama dengan keadaan di zaman Tzar dahulu; hingga negara itu telah terpaksa mengimpor gandum dan bahan-bahan makanan serta menjual emas simpanannya untuk membeli bahan makanan itu.
Ini puncak dari kegagalan sistem pertanian kolektif dan sistem ekonomi yang bertentangan dengan fitrah umat manusia. Oleh itu, maka umat manusia mestilah diberikan pimpinan baru!
Sesungguhnya peranan pimpinan manusia barat atas umat manusia ini telah hampir tamat. Ini bukanlah kerana ekonomi Barat itu telah bangkrut dan dari segi benda atau telah lemah dari segi ekonomi dan kekuatan tentara, tetapi sebenarnya karena sistem Barat itu telah tamat tempohnya sebab ia tidak lagi mempunyai stock “nilai” yang melayakkan dia memegang pimpinan.
Umat manusia memerlukan suatu pimpinan yang mampu menyambung terus ekonomi kebendaan seperti yang telah dapat dicapai sekarang melalui ekonomi cara Eropah itu, juga yang mampu memberikan nilai baru yang lengkap, sebanding dengan yang telah ada dan telah popular di dalam masyarakat manusia, juga yang mempunyai program yang aktual, positif dan praktis.
Hanya Islam sajalah yang mempunyai nilai-nilai dan program yang sangat diperlukan itu.
Kemajuan ilmu pengetahuan telah pun menunaikan tugasnya. Sejak dari zaman kebangkitan di dalam abad keenam belas Masihi dan telah mencapai puncak kemajuannya di dalam abad kedelapan betas dan abad kesembilan belas. Sesudah itu, ekonomi Eropa sudah kehabisan bahan simpanan, untuk disumbangkan kepada umat manusia.
Demikian juga faham-faham “kebangsaan” dan “perkauman” yang telah muncul pada ketika itu, dan beberapa buah negara gabungan telah lahir dan telah memberikan sumbangannya kepada umat manusia tapi faham-faham “kebangsaan” dan perkauman” itu sudah tidak mampu memberikan apa-apa kepada umat manusia, karena sudah kehabisan bahan simpanan…
Pada akhirnya sistem-sistem yang berdasarkan kebebasan individu dengan disusuli pula oleh sistem kolektif telah selesai peranannya dan berakhir dengan kegagalan juga.
Sekarang tibalah pula giliran ISLAM dan peranan “umat” di saat yang paling genting ini. Islam yang tidak memandang remeh dan rendah kepada hasil ciptaan sains yang dilakukan oleh umat manusia sebelum ini dan akan terus dilakukan oleh umat manusia di sepanjang zaman kerana Islam memandang kemajuan di bidang ciptaan sains itu sebagai salah satu tugas utama manusia sejak Allah melantik umat manusia ini menjadi “khalifah” dan pemerintah di bumi ini, dan di bawah syarat-syarat tertentu pula, Islam memandangnya sebagai ibadat kepada Allah, dan sebagai pelaksanaan tujuan hidup manusia:
Firman Allah: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak jadikan seorang khalifah di muka bumi." (Al-Baqarah: 30)
Dan firman Allah: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (Adz-Dzariat: 5)
Maka tibalah giliran bagi “UMAT ISLAM” melaksanakan tujuan Allah yang telah melahirkan umat ini ke tengah-tengah masyarakat umat manusia:
"Kamu [umat Islam] adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, yaitu kamu menyuruh berbuat kebaikan dan melarang berbuat kejahatan dan kamu beriman kepada Allah." (Ali Imraan: 110)
Dan firman Allah: "Dan demikianlah kami jadikan kamu [umat Islam] umat yang adil dan pilihan, agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia dan agar Rasul [Muhammad] menjadi saksi atas perbuatan kamu ..." (Al-Baqarah: 143)
Tetapi Islam tidak akan mampu menunaikan tugasnya kecuali bila ia menjelma di dalam sebuah masyarakat, yaitu ia menjadi panduan hidup suatu umat kerana umat manusia tidak mau mendengar - terutama sekali di zaman mutakhir ini - kepada suatu akidah yang kosong, yang tidak dapat dilihat buktinya melalui suatu bentuk hidup yang nyata dan dapat disaksikan sedangkan “wujud” umat Islam itu sendiri boleh dianggap telah terputus -sejak beberapa abad yang lalu.
UMAT ISLAM itu bukanlah seperti sebidang tanah di mana Islam hidup di situ, bukan juga suatu kaum atau golongan orang yang nenek moyang mereka dahulu pernah menghayati Islam sebagai panduan hidup mereka kerana sesungguhnya “umat Islam” itu ialah suatu golongan manusia yang menimba hidup, konsep realiti, nilai hidup mereka dari sumber Islam dan umat ini, dengan ciri-ciri yang disebut di atas, telah terputus wujudnya sejak terhentinya pelaksanaan undang-undang dan syariat Islam dari seluruh muka bumi ini.
Oleh sebab itu maka perlulah dipulihkan wujud umat itu; supaya Islam dapat menunaikan peranan yang sangat diharapkan itu, dalam memimpin umat manusia sekali lagi.
Memanglah umat Islam itu mesti bangkit dari hempasan zaman, konsep hidup yang sesat dan oleh realiti hidup yang menyeleweng, oleh sistem hidup yang pincang dan tiada kena mengena dengan Islam sama sekali, tiada kena mengena dengan program Islam walaupun umat itu masih menganggap dirinya sebagai umat Islam dan masih memanggil negeri tempat tinggal mereka sebagai “dunia Islam.”
Sebenarnya saya paham benar bahwa jarak antara kebangkitan dan “memegang pimpinan” itu masih jauh dan susah dilalui sebab sesungguhnya umat Islam sudah hilang dari “wujud” dan “realiti” begitu lama sekali dan peranan memimpin umat manusia itu telah diambil oleh fikiran yang lain, oleh umat yang lain dan oleh konsep yang lain, juga oleh realiti yang lain berabad-abad lamanya dan materialisme Eropa telah menciptakan, dalam waktu yang begitu lama, banyak perbendaharaan yang berbentuk Ilmu Pengetahuan, kebudayaan, sistem hidup, dan industri.
Walau bagaimanapun tanpa mengenepikan pertimbangan ini, walau bagaimana jauhnya pun jarak di antara kebangkitan dengan memegang pimpinan, langkah-langkah ke arah kebangkitan itu mesti dijalankan terus dan jangan dilengahkan lagi!
Supaya kita selalu dapat menguasai persoalannya, maka perlu benar kita memahami secara terperinci, apakah syarat-syarat kelayakan yang akan menjadikan umat ini (umat Islam) memegang peranan memimpin umat manusia, supaya kita tidak meraba-raba dalam mencari unsur-unsur yang dapat mencetuskan kebangkitan semula umat ini, di peringkat pertama.
Umat ini sekarang tidak punya kemampuan dan tidak perlu ia mempunyai kemampuan untuk mengemukakan kepada umat manusia keunggulan dan kehandalannya di dalam sektor materi yang membikin orang tunduk dan takut kepadanya dan memaksa umat manusia menerima pimpinannya berdasarkan faktor ini; kerana kemajuan Eropa di lapangan ini telah terlalu jauh mendahuluinya dan memang sulit untuk dilewati dalam beberapa abad ke depan, untuk mengatasi mereka di lapangan ini!
Yang demikian maka mestilah dicari suatu syarat kelayakan yang lain, yaitu syarat kelayakan yang tidak terdapat di dalam materialisme sekarang. Ini tidaklah berarti bahwa kita mesti melupakan dan mesti memandang enteng kepada soal teknologi dan sains. Sebab menjadi kewajiban kita juga untuk berusaha mendapatkannya, tapi bukan dengan anggapan bahwa ia merupakan “syarat kelayakan” asasi yang mesti kita gunakan di dalam memegang pimpinan umat manusia dalam zaman sekarang ini.
Cuma ia diperlukan sekadar untuk menjaga hidup kita dari ancaman dan penindasan dan juga kerana konsep Islam sendiri yang mengajarkan bahwa teknologi adalah sebuah kemestian sebagai syarat menjadi khalifah Allah di muka bumi ini.
Oleh kerana itulah maka wajar kalau ada suatu syarat kelayakan lain, bukan teknologi dan industri, dan sudah pastilah syarat kelayakan itu tidak lain daripada akidah dan Program yang menjadikan manusia memelihara dan mengawal hasil teknologi, di bawah pengawasan suatu konsep lain yang dapat memenuhi hajat fitrah seperti yang telah diperolehi oleh kemajuan sains itu, dan supaya akidah dan program itu menjelma di dalam sebuah perkumpulan manusia, yaitu sebuah masyarakat Islam.
Sesungguhnya, dunia sekarang ini berada di dalam Jahiliyyah dari segi dasar yang menjadi sumber bagi tegaknya kehidupan dan peraturan-peraturannya. Jahiliyah yang tidak dapat menyelesaikan beban hidup hasil dari rekaan baru yang sedang memuncak sekarang.
Jahiliyah ini tegak di atas dasar mengebiri kekuasaan-kekuasaan Allah di muka bumi dan merampas hak istimewa Allah yaitu pemerintahan dan kekuasaan.
Jahiliyah itu menyandarkan pemerintahan kepada umat manusia yang menyebabkan setengah golongan menjadi hamba kepada setengah golongan yang lain bukan sahaja di dalam bentuk primitif seperti yang berlaku di zaman jahiliyah purbakala tetapi lebih dahsyat lagi di dalam bentuk mengakui dan memberi hak membuat konsep-konsep, nilai-nilai, undang-undang, peraturan-peraturan dan ketetapan-ketetapan yang jauh menyimpang dari panduan dan program Allah untuk hidup ini; dalam perkara-perkara yang tidak pernah diizin oleh Allah.
Karena itu, hasil dari penyalahgunaan kuasa Allah itu secara otomatis akan menimbulkan pelanggaran atas hak-hak Allah, dan pelanggaran atas hak-hak manusia.
Sebenamya kehinaan yang menimpa umat manusia di dalam sistem kolektif dan juga kekejaman yang menimpa individu dan bangsa terjajah di bawah sistem kapitalis adalah salah satu kesan dari pengebirian manusia atas hak istimewa Allah SWT, juga kerana manusia tidak menghargai kehormatan yang dianugerah oleh Allah kepadanya sejak azali.
Di dalam aspek ini, maka konsep Islam tetap berlainan langsung dengan konsep-konsep bikinan manusia; kerana di bawah sistem yang lain dari Islam, umat manusia itu saling mengabdikan diri di antara satu sama lain, dalam bermacam-macam bentuknya. Sedangkan di bawah sistem Islam, umat manusia bebas sepenuhnya daripada sebarang belenggu pengabdian kepada sesama manusia dengan cara mengabdikan diri kepada Allah SWT saja dan menerima arahan daripada Allah saja; juga tunduk dan patuh kepada Allah saja.
Inilah garis pemisah dan inilah persimpangan jalan. Inilah juga konsep baru yang kita mampu kemukakan kepada umat manusia mengenai konsep ini dan yang rangkaiannya adalah perbendaharaan yang masih belum dimiliki oleh umat manusia; kerana ia bukanlah hasil “pengeluaran” atau “produksi” kilang materialisme Barat dan bukan hasil teknologi Eropa, baik Eropah Barat mahu pun Eropah Timur.
Sesungguhnya kita- tanpa ragu sedikit pun - memang memiliki suatu potensi baru, lengkap dan sempurna; potensi yang masih belum dikenal dan belum mampu dibikin oleh seluruh umat manusia.
Tetapi potensi baru ini, seperti telah kita tegaskan, mestilah menjelma di dalam bentuk realiti yang praktis, mesti menjadi panduan dan darah daging suatu umat bagi lahirnya kebangkitan umat Islam yang akan disusul pula, lambat-launnya, oleh peranan memegang pimpinan seluruh umat manusia.
Tetapi bagaimanakah caranya memulakan operasi kebangkitan Islam itu? Jawabnya : Mesti ada satu golongan pelopor atau “kader” yang menghayati cita-cita ini, dan meneruskan kegiatannya dengan cara menerobos ke dalam alam jahiliyah yang sedang berpengaruh di seluruh permukaan bumi ini dengan memakai dua kaedah: yaitu kaedah memisahkan diri dan kaedah membuat hubungan di bidang lain dengan pihak jahiliyah itu.
Para pelopor dan kader itu tentulah memerlukan panduan-panduan di sepanjang perjalanan mereka; panduan yang memberikan tentang tabiat peranan mereka, hakikat tugas mereka dan inti sari tujuan akhir perjalanan mereka dan juga mengenai garis permulaan di dalam perjalanan jauh itu.
Para pelopor dan kader itu perlu mendapat panduan secukupnya mengenai - jahiliyah yang sedang berpengaruh di dunia sekarang di dalam suasana yang bagaimanakah mereka boleh berjalan seiring dengan jahiliyah dan di dalam suasana yang bagaimanakah pula mereka harus memisahkan diri.
Bagaimana caranya melayani pihak jahiliyah itu dengan menggunakan kaedah Islam dan dalam topik apakah yang perlu dibicarakan? Juga dari mana dan bagaimanakah pula menimba bahan-bahan panduan itu?
Panduan-panduan itu hendaklah diambil dan ditimba dari sumber asal akidah ini, yaitu Al-Quran dan juga dari arahan-arahan Al-Quran yang asasi juga dari konsep yang telah dipancarkan oleh Al-Quran ke dalam jiwa para pelopor dan kader terdahulu (para sahabat Rasulullah saw., red), yang telah diberi penghormatan besar oleh Allah SWT untuk mengubah bentuk sejarah umat manusia mengikut kehendak Allah.
Untuk para pelopor dan kader yang diharapkan dan ditunggu-tunggu kelahirannya itu saya tuliskan "Petunjuk Jalan" ini.
Empat fasal dari buku ini diambil dari buku Di bawah Naungan AL-QURAN (Fi Zhilalil Quran) dengan beberapa pindaan dan tambahan di mana perlu, sesuai dengan judul. Di antara kandungannya juga ialah delapan fasal, selain daripada muqaddimah ini, yang ditulis dalam waktu tertentu saya beroleh kesempatan dan ilham dari sumber Al-Quran Yang Mulia… dan dirangkai menjadi satu, sebagai “Petunjuk” dan panduan di dalam perjalanan, seperti juga buku panduan jalan dakwah yang lain.
Setidaknya, inilah petunjuk dan panduan peringkat pertama. Semoga Allah melimpahkan kurnia-Nya dan petunjuk ini akan disusul lagi oleh petunjuk-petunjuk lain bila saja Allah memberi hidayah kepadaku mengenai petunjuk di sepanjang jalan ini.
Wabillahi - ttaufieq.
Sayyid Quthub
(Dari Buku Ma'alim fith Thariq atau Petunjuk Jalan oleh Sayyid Quthub)
Dari Buku: Ma'alim fith Thariq atau Petunjuk Jalan.
Penulis: Sayyid Qutb.

Kamis, 12 Mei 2011

“Riba dan Optimisme membangun Bangsa”

"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa-sisa (dari berbagai jenis) riba jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya." (Al Baqarah: 278-279)

Kehidupan manusia tidak hanya sekedar urusan Ibadah (Hubungan dengan Allah ), tetapi juga berkenaan dengan urusan Muamalat (hubungan antar manusia), 2 dimensi ini yang harus di bina secara beriringan untuk mendapatkan kebahagaian dunia dan akhirat. sebab, manusia harus dapat memenuhi kebutuhan hidupnya di dunia untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Sehingga, kegiatan bermuamalat dapat menjadi jalan untuk mendapatkan ridhonya. Salah satu hal yang berkenaan dalam bidang muamalat yang terdapat dalam transaksi sehari-hari adalah Riba, Riba hari ini masih jarang diketahui oleh masyarakat Indonesia sehingga kadang tanpa sadar seseorang yang taat beribadah kepada Allah SWT terkena dosa besar hanya karena tidak mengetahui aspek muamalat ini.
Ayat diatas adalah bentuk pelarangan Allah secara mutlak kepada transaksi yang haram bernama “Riba”. Sebelumnya Allah SWT mengedukasi masyarakat jazirah Arab 14 abad yang lalu dengan bertahap dan perlahan hingga turunnya surat Al-Baqarah : 278-279 ini. Sebelumnya Allah SWT melarang Riba melalui beberapa tahap yang diawali dengan turunnya surat Ar-rum  ayat 39 Dan suatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia bertambah, maka riba tidak bertambah di sisi Allah…” ayat ini sesungguhnya menggambarkan bahwa Riba sesungguhnya tidak membuat seseorang menjadi lebih kaya tetapi malah sebaliknya.
Kemudian tahap kedua pelarangan Riba ketika diturunkannya Surat An-Nisa ayat 160-161 yang melarang riba kemudian surat Al –Imran ayat 130 hingga kemudian ayat diatas yang mutlak melarang transaksi Riba hingga hari ini. Setidak nya timbul pertanyaan di benak kita, apa itu Riba? Mengapa Riba begitu berbahaya ? dan bagaimana kita bisa terbebas dari Riba yang sangat berbahaya?
Apa itu Riba?
Riba secara bahasa diartikan tambahan. Secara istilah riba adalah penambahan dalam transaksi yang tidak seimbang, tidak sesuai syariah. Selain itu, Fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia ) no 1 tahun 2004 menyatakan bahwa bunga bank sama dengan riba, dan riba sama dengan haram.  Sebelum fatwa MUI terkait riba di keluarkan, 2 organisasi islam terbesar di Indonesia sudah lebih dahulu mengeluarkan hasil pertemuannya tentang bahaya riba.
Muhammadiyah Bunga yang diberikan oleh bank-bank milik negara kepada nasabahnya atau sebaliknya yang selama ini berlaku, termasuk perkara “mustasyabihat”. Menyarankan kepada PP Muhammadiyah untuk mengusahakan terwujudnya konsepsi sistem Perekonomian khususnya Lembaga perbankan yang sesuai dengan qaidah Islam   (Lajnah Tarjih Sidoarjo, 1968),
kemudian pada tahun 1992 Nahdatul ulama mengeluarkan hasi  Majelis Ulama Indonesia 1)Bunga bank sama dengan riba 2) tidak sama dengan riba 3) Syubhat. MUI harus mendirikan bank alternatif. (Lokakarya Alim Ulama, Cisarua 1991).
Riba membawa kehancuran.
Roy Davies dan Glyn Davies, dalam bukunya A History of Money from Ancient Times to the Present Day (1996) mengatakan bahwa bunga/riba telah memberi andil besar dalam lebih dari 20 krisis yang terjadi sepanjang abad 20. Ini merupakan sebuah realita tatanan dunia hari ini, yang ternyata menyerang bangsa Indonesia di Tahun 1998 ketika bangsa Indonesia menghadapi krisis perekonomian yang menyebabkan kehancuran perekonomian Indonesia sering di Identikkan akibat korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang sudah mendarah daging di Indonesia. Fakta ini tidak sepenuhnya benar dikarenakan sesungguhnya bangsa Indonesia pada saat itu sudah terjerat oleh hutang luar negeri yang begitu bebas sehingga menyebabkan gagal bayar yang menyebabkan bank-bank di Indonesia pada waktu itu mengalami kehancuran. Sehingga akhirnya pemerintah harus menanggung kerugian perbankan di Indonesia pada saat itu, hingga kemudian menyebabkan pemerintah harus berhutang kepada lembaga ribawi Internasional yaitu IMF
Selanjutnya pemerintah harus menanggung  kewajiban yang telah mencapai titik yang membahayakan ketika itu . Apabila pada tahun 2002 saja, hutang Indonesia total Rp 1401 Trilyun, (hutang luar negeri Rp 742 Trilyun, hutang dalam negeri sebesar Rp 659 Trilyun, maka pada tahun 2003, hutang Indonesia telah mencapai Rp 2000 Trilyun. Jika kita hanya mampu membayar hutang tersebut Rp 2 Trilyun setahun, berarti hutang luar negeri itu baru lunas lebih dari seribu tahun, itupun kalau tidak ditambah hutang baru. Hutang ini, jelas menjadi beban cucu dan cicit kita di masa depan, yang diprediksikan 20 turunan generasi ke depan masih menanggung hutang dan bunga ini.
Sebuah ironi untuk bangsa Indonesia yang harus kita terima hari ini, jeratan hutang yang begitu besar ternyata tidak seberapa dengan bunga yang ternyata membuat bangsa ini tidak akan terlepas dari jeratan hutang yang terus menumpuk.
Hadist terkait Riba
Begitu besar dosa Riba hingga Allah SWT dan Rasul-Nya akan memerangi orang-orang yang memakan riba, hanya Allah SWT yang tahu pasti bahaya besar Riba. Namun jika melihat dosa di atas sudah seharusnya kita terus berusaha untuk menghindari bahaya dari riba, ternyata ada hadist Rasullulah SAW yang berkenaan dengan Riba. Bahkan Rasullulah SAW sudah jauh-Jauh hari mengkhawatirkan akan adanya krisis ekonomi ini.“Bila riba merajalela pada suata bangsa, maka mereka akan ditimpa tahun-paceklik (krisis ekonomi). Dan bila suap-menyuap merajalela,maka mereka suatu saat akan ditimpa rasa ketakutan”. (H.R. Ahmad).
Selain itu Rasulullah SAW menggambarkan dosa Riba , Dari Ibnu Mas’ud, bahwa Nabi Saw bersabda, Riba itu ada 73 tingkatan. Yang paling ringan daripadanya adalah seumpama seseorang menzinai ibunya sendiri (Al-Hakim) Naudzubillah, dosa yang sangat berbahaya. Riba juga termasuk dalam 1 dari 7 dosa besar, Sabda Nabi Saw, “Jauhi kamulah 7 dosa besar yang membinasakan, yaitu: 1. Syirik kepada Allah2. Sihir 3. Membunuh orang yang diharamkan Allah 4. Makan riba 5. Makan harta anak yatim 6. Lari dari medan perang 7. Menuduh orang beriman yang telah kawin melakukan zina (Muttafaq ‘Alaih). Bahkan menurut beberapa ulama bencana yang hari ini melanda Indonesia dikarenaka transaksi Riba seperti hadist sebagai berikut : Apabila zina dan riba telah merajalela dalam suatu negeri, maka sesunggguhnya mereka telah menghalalkan azab Allah diturunkan kepada mereka”.(H.R. Hakim)
Indonesia Optimis tanpa Riba, Terbebas dari jeratan Riba.
Ada satu pepatah yang mengatakan bahwa apa bila kita tidak bisa merubah negara, maka rubahlah lingkungan kita, seandainya tidak bisa maka rubahlah keluarga, seandainya tidak bisa maka rubahlah diri kita hingga kita mampu merubah dunia. Hari ini  masyarakat Indonesia di hadapkan pada fakta bahwa Riba sudah begitu menjerat bangsa ini mulai dari perbankan sampai ke dana haji yang bernuansa ibadah, semua menggunakan riba. Sabda Nabi Muhammad Saw : Pasti akan datang suatu masa terhadap manusia, di mana tak seorang pun yang bisa terhindar dari riba. Siapa yang berusaha tidak mengambilnya, dia akan terkena juga debu-debunya (H.Riwayat Abu Daud dan Ibnu Majah)
Maka, mulai hari ini kita bangun optimisme kita bersama bahwa transaksi yang sesuai syariah dan di berkahi Allah SWT dapat segera terwujud, riba/ bunga dapat segera hilang dari tanah air Indonesia. Sehingga kita tida harus pusing lagi melihat APBN bangsa yang dikeruk asing lewat pembayaran bunga, bencana alam yang hari ini melanda, perekonomian yang rentan krisis dapat segela lenyap dan hilang dari muka bumi ini. Wallahualam bi sawab.
Bebas dari jeratan Riba.
Untuk itu kami sebagai mahasiswa yang bergerak dalam pengkajiaan dan pengembangan Ekonomi islam. Dalam Aksi Simpatik FoSSEI (Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam) “Indonesia Optimis tanpa Riba” Tanggal 13 Mei 2011 di Bundaran HI, Jakarta . menghimbau agar :
1.       1.) Melalui Fakta diatas kami menghimbau Masyarakat untuk meninggalkan Riba/ Bunga yang hari ini banyak terdapat dalam lembaga keuangan di Indonesia.
2.       2.) Pemerintah harus meninggalkan lingkaran pinjaman berbasis bunga baik melalui pinjaman luar negeri, obligasi, dan SBI yang telah menguras APBN  bangsa indonesia melalui pembayaran bunga dan pelunasan hutangnya hingga hari ini 
3.       3.) Masyarakat di minta tetap Optimis dan turut aktif menghindari transaksi Riba dimanapun yang jelas-jelas telah membawa kesengsaraan.

Press Realease,Aksi Simpatik “Indonesia Optimis Tanpa Riba”

Indonesia yang hari ini masih dalam jeratan penjajahan gaya baru (neo Imprealisme) yang menjerat tatanan ekonomi bangsa ini, mulai dari pengusaan aset negara oleh asing, suap, produk asing yang menyerbu negeri ini, hingga yang terpenting jeratan bunga atau riba yang hari ini mengakar dalam sistem perekonomian bangsa, hingga ketatanan masyarakatnya.

Roy Davies dan Glyn Davies, dalam bukunya A History of Money from Ancient Times to the Present Day (1996) mengatakan bahwa bunga/riba telah memberi andil besar dalam lebih dari 20 krisis yang terjadi sepanjang abad 20. Ini merupakan sebuah realita tatanan dunia hari ini, yang ternyata menyerang bangsa Indonesia di Tahun 1998 ketika bangsa Indonesia menghadapi krisis perekonomian yang menyebabkan kehancuran perekonomian Indonesia sering di Identikkan akibat korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang sudah mendarah daging di Indonesia. Fakta ini tidak sepenuhnya benar dikarenakan sesungguhnya bangsa Indonesia pada saat itu sudah terjerat oleh hutang luar negeri yang begitu bebas sehingga menyebabkan gagal bayar yang menyebabkan bank-bank di Indonesia pada waktu itu mengalami kehancuran. Sehingga akhirnya pemerintah harus menanggung kerugian perbankan di Indonesia pada saat itu, hingga kemudian menyebabkan pemerintah harus berhutang kepada lembaga ribawi Internasional yaitu IMF.

Selanjutnya pemerintah harus menanggung  kewajiban yang telah mencapai titik yang membahayakan ketika itu . Apabila pada tahun 2002 saja, hutang Indonesia total Rp 1401 Trilyun, (hutang luar negeri Rp 742 Trilyun, hutang dalam negeri sebesar Rp 659 Trilyun, maka pada tahun 2003, hutang Indonesia telah mencapai Rp 2000 Trilyun. Jika kita hanya mampu membayar hutang tersebut Rp 2 Trilyun setahun, berarti hutang luar negeri itu baru lunas lebih dari seribu tahun, itupun kalau tidak ditambah hutang baru. Hutang ini, jelas menjadi beban cucu dan cicit kita di masa depan, yang diprediksikan 20 turunan generasi ke depan masih menanggung hutang dan bunga ini.

Sebuah ironi untuk bangsa Indonesia yang harus kita terima hari ini, jeratan hutang yang begitu besar ternyata tidak seberapa dengan bunga yang ternyata membuat bangsa ini tidak akan terlepas dari jeratan hutang yang terus menumpuk.

Begitu besar dosa Riba hingga Allah SWT dan Rasul-Nya akan memerangi orang-orang yang memakan riba, hanya Allah SWT yang tahu pasti bahaya besar Riba. Namun jika melihat dosa di atas sudah seharusnya kita terus berusaha untuk menghindari bahaya dari riba, ternyata ada hadist Rasullulah SAW yang berkenaan dengan Riba. Bahkan Rasullulah SAW sudah jauh-Jauh hari mengkhawatirkan akan adanya krisis ekonomi ini.“Bila riba merajalela pada suata bangsa, maka mereka akan ditimpa tahun-paceklik (krisis ekonomi). Dan bila suap-menyuap merajalela,maka mereka suatu saat akan ditimpa rasa ketakutan”. (H.R. Ahmad).
 
Indonesia Optimis tanpa Riba, Terbebas dari jeratan Riba.
Ada satu pepatah yang mengatakan bahwa apa bila kita tidak bisa merubah negara, maka rubahlah lingkungan kita, seandainya tidak bisa maka rubahlah keluarga, seandainya tidak bisa maka rubahlah diri kita hingga kita mampu merubah dunia. Hari ini  masyarakat Indonesia di hadapkan pada fakta bahwa Riba sudah begitu menjerat bangsa ini mulai dari perbankan sampai ke dana haji yang bernuansa ibadah, semua menggunakan riba.
Maka, mulai hari ini kita bangun optimisme kita bersama bahwa transaksi yang sesuai syariah dan di berkahi Allah SWT dapat segera terwujud, riba/ bunga dapat segera hilang dari tanah air Indonesia. Sehingga kita tida harus pusing lagi melihat APBN bangsa yang dikeruk asing lewat pembayaran bunga, bencana alam yang hari ini melanda, perekonomian yang rentan krisis dapat segela lenyap dan hilang dari muka bumi ini. Wallahualam bi sawab.

Bebas dari jeratan Riba.
Untuk itu kami sebagai mahasiswa yang bergerak dalam pengkajiaan dan pengembangan Ekonomi islam. Dalam Aksi Simpatik FoSSEI (Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam) “Indonesia Optimis tanpa Riba” Tanggal 13 Mei 2011 di Bundaran HI, Jakarta . menghimbau agar :
1.       1.) Melalui Fakta diatas kami menghimbau Masyarakat untuk meninggalkan Riba/ Bunga yang hari ini banyak terdapat dalam lembaga keuangan di Indonesia.
2.      2.) Pemerintah harus meninggalkan lingkaran pinjaman berbasis bunga baik melalui pinjaman luar negeri, obligasi, dan SBI yang telah menguras bunga dan pelunasan hutangnya hingga hari ni APBN  bangsa indonesia.
3.       3.) Masyarakat di minta tetap Optimis dan turut aktif menghindari transaksi Riba dimanapun yang jelas-jelas telah membawa kesengsaraan.
Presidium Nasional FoSSEI

Imam Punarko

Minggu, 08 Mei 2011

Petunjuk Pelaksana Milad FoSSEI ke-XI, 13 Mei 2011 dan Kampanye Nasional FoSSEI


Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Untuk Di Ingat …
“Tidak sempurna iman salah seorang diantara kamu, sehingga suka kepada saudaranya (sesama muslim) seperti yang ia suka pada dirinya sendiri” (HR. Bukhari dan Muslim)

“Sesungguhnya Allah Pengasih. Ia suka sekali kepada belas kasih, dan ia akan memberi kepada orang yang berbelas kasih sesuatu yang tidak diberikan kepada orang yang keras hati dan juga sesuatu yang tidak diberikan kepada lainnya” (HR. Muslim)

“… dan tolong-menolonglah kamu untuk mengerjakan kebaikan dan ketaqwaan…” ( Al-Ma’idah :2)

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kukuh”. (Ash-Shaf: 4)

Tema Untuk kegiatan Kampanye Nasional  FoSSEI, 13 Mei 2011. “Indonesia Optimis tanpa Riba”
LATAR BELAKANG
Perjuangan dalam menegakkan ekonomi islam membutuhkan pengorbanan dan semangat juang yang tinggi disertai dengan kesatuan dalam ikatan ukhuwah antara para pejuang itu sendiri. Ekonomi islam yang sudah menunjukkan eksistensinya dengan adanya pelarangan Riba, maysir, Gharar, Bhatil, dll. Sehingga tatanan ekonomi yang dimulai sejak zaman Rasullulah SAW (abad 7) kemudian berjalan hingga abad  ke 14, merupakan masa yang sangat stabil ketika masyarakatnya menjalankan sistem perekonomian secara islam. Hari ini fakta menunjukkan ekonomi kapitalisme yang menjadi main stream

( arus utama ) ekonomi banyak menemui kegagalan sehingga perlu ekonomi yang menerapkan nilai-nilai keiliahan, dengan demikian ekonomi yang berkesejahteraan menjadi sebuah kenyataan.
Elemen-elemen bangsa yang salah satunya adalah mahasiswa hari ini harus mampu memberikan kontribusi selaku  (agent of change), pergerakannya harus mencerdaskan masyarakat secara umum dan memberikan solusi dari permasalahan yang terjadi. Mahasiswa yang tergabung dalam gerakan ekonomi islam dalam hal ini FoSSEI, harus mempunyai sebuah idealisme ekonomi islam yang di sosialisasikan kepada masyarakat umum sehingga mereka dapat lepas dari jeratan ekonomi kapitalisme yang menyandarkan pada bunga (riba), Judi (maysir), gharar (ketidakjelasan), Tadlis (suap), dan aspek-aspek ekonomi lainnya yang nyata-nyata membawa kehancuran. Dengan demikian diharapkan masyarakat tersadarkan dan kemudian menerapkan ekonomi islam mulai dari kehidupan paling dasarnya (pemenuhan Konsumsi ) aspek yang lebih luas transaksi ekonomi.
Untuk itu, hari ini saya selaku Presidium Nasional menghimbau kepada setiap elemen FoSSEI diseluruh cabang FoSSEI yang hari ini terwakili dalam lingkup Kampus (KSEI), Komisariat, Dan Regional. Untuk kembali turun kemasyarakat mengimplementasikan nilai-nilai idealisme mahasiswa demi kepentingan rakyat, pada saat Milad FoSSEI ke 11 tanggal 13 mei 2011.
FoSSEI hari ini mengangkat tema : “  Indonesia Optimis Tanpa Riba“ sebuah momentum mencerdaskan masyarakat tentang bahaya bunga/riba, dan mengevaluasi masyarakat bahwa Riba hari ini memiliki multiplayer evect bagi sosial ekonomi masyarat.
Untuk Itu dalam mempersiapkan KAMPANYE NASIONAL FoSSEI, Regional baik dalam lingkup KSEI maupun KOMSAT harap melakukan beberapa agenda Pra KAMNAS, saat KAMNAS, dan Pasca KAMNAS.
Diantara yang dapat dilakukan :
PRA KAMNAS
1.       Melakukan sosialisasi dan aksi pencerdasan anti Riba di Setiap KSEI-KSEI, baik berupa kajian, seminar.
2.       Setiap Kader FoSSEI meng-Up Load Opinion, Artikel, dan Tulisan Anti-Riba di Media On-Line, BLOG. Facebook, Twitter, dll
KAMNAS
Kegiatan Kamnas di masing-masing Regional memiliki karakteristiknya masing-masing, untuk itu setiap regional dalam melaksanakan KAMNAS wajib mengacu dan mensosialisasikan “Indonesia Optimis Tanpa Riba”.
PRA KAMNAS
Setiap kader FoSSEI setelah KAMNAS membuat kegiatan-kegiatan bagi objek yang telah di dakwahi ekonomi islam, membuat komunitas Pelajar seperti yang pernah di lakukan oleh FoSSEI tahun-tahun sebelumnya, membuat group di media online seperti facebook demi menjaga ukhuwah dan komunikasi, memberikan tausiyah ekonomi islam dan lain sebagainya kepada objek dakwah KAMNAS. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan KAMNAS absensi dan database harus benar-benar di manfaatkan dengan baik.
Demikian petunjuk pelaksanaan Milad dan KAMNAS FoSSEI, semoga dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Semoga Allah SWT memudahkan.
Waalaikumsalam, Wm, Wb


                                                                                                Presidium Nasional FoSSEI 2010-2012


                                                                                                (Imam Punarko)



Rabu, 04 Mei 2011

MEMUDAHKAN, BUKAN MENYULITKAN

Bersama Allah melalui kitabnya
Kalau engkau mau membaca kitab Allah SWT, kemudian merenungkan kandungan, maka engkau akan mengetahui banyak sekali ayat yang berkaitan dengan hukum-hukum (taklif) yang dijelaskan oleh Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya dengan segala kemudahan. “Dia tidak menjadikan atas kamu dalam agama ini kesulitan…”
Dalam menjelaskan akidah, Allah menjelaskan dengan uslub yang mudah, sehingga bisa dipahami oleh orang yang alim maupun yang awam.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (ali-Imran :190)
 Andaikan ada didalam keduanya (langit dan bumi tuhan-tuhan selain Allah , Maka Hancurlah keduanya.
Niscaya sebagian mereka merasa lebih tinggi atas sebagian yang lain.
Jika demikian, pasti mereka menjadikan yang memiliki ‘Arsy (Allah) sebagai tujuan.
Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."(Al Ikhlas: 1-4)
Demikianlah akidah itu disampaikan dengan beragam uslub. Suatu waktu berdialog dengan perasaan manusia, di saat lain mengajak bicara akal mereka, atau mengajukan tantangan kepada manusia. Al-Qur’an mengajak manusia untuk berpikir dan merenung. Semua itu dengna uslub yang mudah agar meresap sampai pada akal pikiran dan hati nurani
Alangkah mudahnya gaya Al-Qur’an dalam memaparkan masalah ibadah, seperti shalat, zakat, haji, puasa dan jihad serta ibadah-ibadah yang lainnya.

Melalui Shalat
Allah SWT, memudahkan pelaksaan shalat dan menghilangkan kesulitan dalam masalah wudhu, pada saat air sulit didapatkan atau sebab lainnya. Dalam kondisi seperti itu, menggunakan debu yang suci untuk bertayamum diperbolehkan. Bahkan jika pun air dan debu tidak mereka dapatkan, mereka tetap bisa shalat.
Apabila dalam bepergian, kita diberi kerianganan untuk melakukan shalat dengan qashar (diringkas). Demikian juga ketika sedang sakit, diperbolehkan untuk shalat sambil duduk. Jika duduk tidak mampu, shalat sambil terlentang, dan jika tetap tidak mampu juga, diperbolehkan shalat dengan isyarat mata, demikian seterusnya.
Ada sebagian sahabat yang mengadu kepada Rasullulah SAW  tentang ketidakmampuannya untuk melakukan shalat sambil berdiri. Rasullulah SAW bersabda kepadanya,
“shalatlah kamu dengan berdiri, jika tidak mampu maka dengan duduk, dan jika tidak mampu maka diatas lambungmu ( miring)”

Memulai Puasa
Allah SWT, berfirman,
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,  (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan[114], Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.(Al-Baqarah : 183-184)
Perintah Allah yang didahului dnegna seruan yang lembut dan penuh syahdu –wahai orang-orang yang beriman,,,- ini merupakan ungkapan yang istimewa dan menyenangkan hati. Kemudian Allah memberitahukan bahwa melakukan ibadah puasa ini bukan merupakan suatu bid’ah buatan manusia, melainkan kewajiban yang juga pernah diwajibkan atas umat sebelum kamu. Dengan demikan, kewajiban ini akan terasa lebih ringan dilaksanakan, karena pernah juga dilakukan oleh umat sebelum ini yang juga manusia biasa seperti kita. Karenanya, terimalah sebagaimana mereka menerima.
…diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu..
Alangkah indahnya ungkapan itu, ungkapan tersebut mampu membuat hati menjadi senang, karena kita mestinya berpuasa sebulan lamanya, akan tetapi ketika Alah mewajibkan nya atas kita, dia menggunakan kata-kata yang menyejukkan sehingga kita menjadi ringan dalam melaksanakannya.
Selain hanya beberapa hari saja, kemudahan itu semakin teras bertambah dan kesuliatan pun semkain hilang ketika seoran gmuslim sedang dalam kondisi sakit atua bepergian.

Melalui Haji
Kita sering menyaksikan perselisihan pendapat dikalangan umat islam tentang manasik haji. Banyak diantara mereka yang berlebihan dalam berbicara seputar masalah ini dan merasa paling alim di atas bumi. Mereka berlebihan dalam menentukan hukum dan aturan pelaksanaan haji, sehingga justru mempersulit kaum muslimin itu sendiri.
Cobalah simak baik-baik apa yang dikatakan ibmu Al-Abbar, bahwa seseorang berkata kepada nabi SAW, “saya berziarah sebelum melempar” nabi berkata “ tidak apa-apa”, orang itu berkata lagi, “saya mencukur sebelum menyembelih, “nabi menjawab” tidak mengapa”. Dalam riwayat lian disebutkan bahwa nabi SAW tidak ditanya tentang sesuatu pun kecuali beliau menjawab, “lakukanlah, itu tidak mengapa” ( HR. Bukhari)
Sebagai ulama mengatakan ,”melanggar dalam manasik haji itu melanggar sunah.” Ibnu Hazm mengatakan , “mereka tidak menyalahi sunah dan tidak melanggar sunah, karena ia merupakan sesuatu yang diperbolehkan oleh Rasullulah SAW, apalagi beliau tidak melihat didalamnya dosa. Tetapi dalam hal ini mereka sekedar meninggalkan yang lebih afdhal saja.”
Kalian semua, wahai saudaraku para dai, harus memahami, bahwa masalah tersebut adalah masalah khilafiah antara sunah dengan mubah, bukan antara wajib dengan mubah, bukan pula sunah dengan bid’ah, yang paling penting dalam hal ini adalah pelaksanaan, sehingga wajib bagi dai yang faqih untuk tidak memperberat manusia, apabila mereka mendahulukan atau mengakhirkan satu dengan yang lain. Setiap dai tidak mempersulit, karena Rasulullah tela memberikan teladan baik kepada kita dengan mempermudah.
Melalui Jihad
Marilah kita baca bersama ayat-ayat berikut ini, kemudian renungkanlah bagaimana manhaj dakwah Al-Qur’an dalam menerangkan kewajiban jihad fi sabillilah. Yakni dengan uslub yang dapt memperkukuh keyakinan dan menarik hati manusia untuk mengorbankan jiwanya di jalan Allah dengan penuh keikhlasan. Bahkan gugur dijalan Allah menjadi cita-cita tertinggi mereka, Allah SWT berfirman,
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; Maka Allah berfirman kepada mereka: "Matilah kamu"[154], kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.  dan berperanglah kamu sekalian di jalan Allah, dan ketahuilah Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.(Al-Baqarah : 243-244)
Sebelum memerintahkan mereka untuk berperang, Allah mendahulukan kisah yang sekiranya dapat memperkuat akidah dan menghilangkan perasaan takut mati, serta memberitahu setiap muslim, bahwa alau ajal sudah dating tidak bisa dipercepat atau ditunda seseat pun. Tidak bisa diajukan dan tidak bisa pula diundurkan meski sedetik pun.
Dengan demikian, mereka yang memahami hal ini akan merasa tenang, karena tangan manusia tidak berkuasa walau sedikit pun untuk mengurangi atau menambah, memperpendek atau memperpanjang umur seseorang. Dengan demikian, dia bisa melaksanakan jihad dengan penuh keyakinan dan tawakal terhadap ketentuan Allah dan menarik apa yang menjadi ketentuannya.
Renungkanlah, semoga Allah memberikan pemahaman kepadamu mengenai agama ini, bagaimana kisah yang menarik itu mendahuli perintah jihad, agar jihad itu menjadi ringan dna mudah diterima oleh jiwa manusia. Demi Allah, jika ini merupakan manhaj Al-Qur’an, mengapa kita tidak mengikutinya?