Pages

Kamis, 30 Juni 2011

Pelopor Perubahan (karakter Ekonom Rabbani no 3)



Salah satu keunikan Abu Bakar As Shidiq adalah beliau selalu mendahului sahabat-sahabat yang lain dalam amal perbuatan, Beliau sangat mulia mendapatkan kesempatan hijrah bersama baginda Rasullulah SAW, menginfakkan seluruh hartanya ketika sahabat yang lain loyal memberikan separuh, setengah, dan seperempat, melakukan tiga amalan sekaligus sebelum subuh (Berinfak, Ta’ziyah, dan menjenguk orang sakit), membuat sang singa padang pasir Umar Bin Khatab merasakan beban yang sangat berat dengan ketabahan dan kesabarannya, dan jutaan tindakan lain yang membuat Jibril tidak mampu menghitung bobot amal perbuatannya.

Kamis, 16 Juni 2011

Persaudaraan

“Pada hari kiamat Allah berfirman: Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari yang tiada naungan selain naungan-Ku ini, aku menaungi mereka dengan naungan-Ku.” (Riwayat Muslim)

Siapa yang tidak berharap dengan sebuah nikmat naungan pada saat semua orang membutuhkan pertolongan. Seorang anak tidak mengenal ibunya, ibu tidak mengenal anaknya, seorang suami tidak peduli dengan istrinya, dan seorang yang bersahabat karib bisa jadi musuh paling utama. Hari dimana semua orang berharap untuk bisa selamat dari siksa api neraka yang pada saat itu didekatkan oleh Allah SWT.  Ya, saat itu naungan Allah SWT akan sangat kita harapkan, melalui nauangnnya kita bisa tenang dan tentram didalam huru-hara yang sangat besar itu.

Selasa, 14 Juni 2011

Ekonom Rabbani

Selain mengukuhkan visi  “Membumikan Ekonomi Islam”, setelah sempat mengalami perubahan beberapa tahun perjuangan. FoSSEI saat ini tengah mengembangkan sebuah konsep Ideologi yang kemudian di ejawantahkan dalam sebuah kalimat “ Ekonom Rabbani”. Sebagaimana namanya Ekonom Rabbani kita semua berharap FoSSEI benar-benar menjadi wadah organisasi kaderisasi yang mengisi tatanan perekonomian Islami yang hari ini kian mendapatkan respon di masyarakat. Seperti Anis Mata yang biasa mengaktualisasikan cinta dalam setiap tulisannya, maka hari ini saya ingin mencoba mendalami Ekonom Rabbani yang nyatanya punya filosofi nilai-nilai luhur manusia yang selalu menempatkan porsi kehidupan dunia dalam perspektif mengejar akhirat.

Ekonom Rabbani di bentuk atas segenap alasan rill yang hari ini diperlukan dalam sebuah masyarakat. Masih teringat segar di ingatan kita, para mahasiswa pada peristiwa 98 yang turun kejalan untuk menuntut perbaikan dimasyarakat. Namun, hari ini sebagian mereka menjadi tokoh di negara ini, dan dapat kita saksikan ternyata sebagian dari mereka terjerat dalam neocorruption dan paham kapitalisme yang jelas-jelas semakin menjerat masyarakat kita dalam lingkaran setan kemiskinan. Hanya sebagian kecil orang saja yang masih menanam dalam-dalam idealismenya, dan menerima konsekwensi bahwa orang seperti ini akan tenggelam karena tidak mendapat tempat di mata media manapun. Wacana ini diungkapkan kan oleh rekan saya, yang khawatir kalau saja kader FoSSEI dapat tersilaukan oleh pesona kapitalisme dan materialistik, sehingga nilai-nilai yang selama menjadi mahasiswa ia perjuangkan akan luntur tak berbekas.
Sebuah kesadaran bahwa Kader FoSSEI harus memiliki karakteristik Ekonom Rabbani yang menekankan pada Aqidah yang lurus, karakter kokoh, berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadist, mengedepankan ukhuwah, amal jama’i, dll. Rancangan ini yang kemudian diharapkan dapat menghadirkan fitrah seorang manusia yang mempunyai nilai-nilai ketuhanan dalam dirinya. Dalam buku ESQ dikatakan bahwa manusia di dunia ini memiliki sifat-sifat Asmaul Husna, seperti ingin menolong orang yang kesusahan (maha Penyayang), selalu mencintai kesucian ( yang maha suci), dll. Sifat ini yang berusaha dihadirkan kepada kader FoSSEI, bahwa seseorang yang semakin menyibukkan dirinya kepada Allah SWT secara otomatis ketokohannya dalam mendakwahkan ekonomi islam akan berkorelasi positif.

Suasana pertemuan FoSSEI yang saling mendekapkan semangat ukhuwah dalam setiap kesempatan, dengan nilai-nilai dakwah dalam mensyiarkan ekonomi islam, dan sikap kritis aplikatif dalam kegiatan keilmiahan merupakan salah satu dari proses internalisasi ekonom rabbani dalam kehidupannya. Ali Sakti salah satu pembina FoSSEI menyatakan seharusnya FoSSEI yang ideal dalam setiap aktivitasnya selalu menekankan pada kesederhanaan, menghindari makanan sisa yang terbuang, Standing party, pemborosan, dan hal-hal yang seharusnya dihindari karena lebih banyak kemudharatan. Merupakan hal mendasar yang seharusnya sudah tertanam dalam aktivitas yang dilaksanakan FoSSEI seperti seminar, workshop, kajian, dll. Dari kebiasaan sederhana ini wujud kepedulian para aktivis ekonom rabbani dapat terus di pupuk, terutama untuk hal-hal yang paling mendasar dalam kehidupan kita sehari-hari.

Dalam beberapa tahun kedepan, kita percaya bahwa para aktivis FoSSEI yang taat menjalankan kehidupan islaminya dengan mengacu kepada Ekonom Rabbani lah yang akan bertahan dan terus berada dalam lingkaran perjuangan ini. Aktivis ini yang kemudian terdepan dalam sebuah tatanan masyarakat dengan perjuangannya dalam membumikan ekonomi islam, ia dapat menempatkan dirinya dalam segala keadaan yang paling terburuk pun, hartanya di tangannya bukan dihatinya, kebiasaanya mencirikan ke zuhud an, hatinya terpaut pada kehidupan yang kekal yang pasti akan dia hadapi, perkataannya selalu optimis dan beraroma jihad, umurnya lebih panjang dari pada masa hidupnya, dan kebaikannya adalah contoh tauladan lingkungan tempatnya beraktivitas. Itulah para kader ekonom rabbani yang dinantikan masyarakat, sehingga pembumian ekonomi islam menjadi sebuah keniscayaan yang akan selalu ada pejuangnya.
Imam Punarko

Minggu, 05 Juni 2011

Ukhuwah di Segenggam Tanah Syurga*

Segenggam tanah surga yang dibuang ke bumi, itulah ungkapan yang di sematkan kepada negeri kerinci, negeri laiknya kuali tempat memasak, bentuknya cekung dikelilingi oleh pegunungan. Udara di wilayah ini sejuk dan cuacanya dingin seperti di kawasan bogor. Ketika malam wilayah ini menjadi ruang terbuka dengan pemandangan astronomi perbintangan yang sangat jelas, entah kenapa bintang di sini begitu berserakan dengan jajaran bintang yang lebih padat daripada jajaran bintang yang terlihat diwilayah lain, sepertinya bentuk cekung wilayah ini menjadi lensa superbesar yang menyediakan pemandangan yang sangat eksotik ini. Inilah kabupaten kerinci di propinsi Jambi, negeri yang masih alami dengan kebudayaan penduduknya yang masih memegang moral dan etika yang masih terjaga baik.

Kabupaten Kerinci sendiri memiliki objek wisata yang berdekatan, dan memiliki tingkat kealamian yang tersusun sebagaimana ia dibentuk oleh alam. Dari Air terjun di pegunungan sampai gambaran dataran rendah berupa danau dan kawah air panas. Dari gambaran sederhana ini layak disematkan kota Indah nan elegan yang menyebabkan ia dianggap bagian dari lempengan surga, kesejukannya membuat paru-paru bergairah menghela nafas panjangnya, membuat tubuh menggigil hingga sangat cocok untuk menjadi penguat struktur tubuh manusia.

Kota berkah ini memang harus tetap ada, karena dari keasrian kerinci kita dapat melihat bentuk rasa syukur kita kepada sang khalik. Pemerintah dan masyarakat seharusnya membuat tim yang menjaga wilayah ini dari sentuhan westernisasi, dari mangsa kapitalistik yang mengeruk potensi wilayahnya, dari hedonisme yang membuat individualistik masyarakatnya.

Disinilah FoSSEI SUMBAGTENG (Sumatera Bagian Selatan ) yang di antaranya menjadi titik pergerakan kelompok studi ekonomi islam(KSEI) diwilayah Riau, kep Riau, Jambi, Padang, Bukit Tinggi, dll dalam merangkai kegiatan dakwah Ekonomi Islam. Setiap regional memiliki karakteristiknya masing-masing, FoSSEI Jabodetabek dengan Kedekatan antar KSEInya, begitu juga FoSSEI Jogja, dan FoSSEI Banten. Selain 3 wilayah ini, wilayah FoSSEI memiliki keluasan wilayah, yang berkumpulnya saja dapat menjadi pundi-pundi amal ibadah mulai dari mencari dana, jarak perjalanan, sampai persiapan acara. Hal ini bisa menjadi contoh kita bersama untuk dapat belajar dari perjuangan rekan-rekan didaerah-daerah yang kian hari semakin militan.

Setidaknya dari Mureg Sumbagteng yang diadakan di STAIN Kerinci kemarin kita dapat menangkap beberapa kelebihan dari Regional ini. Pertama, Wilayah ini memiliki potensi alam yang luas sehingga butuh tokoh ekonom rabbani yang mengelolanya. Kedua, wilayah perjuangan yang luas menjadi bagian penting sebagai penguat dan daya tahan militansi seseorang. Ketiga, informasi yang terbatas diharapkan dapat ditingkatkan sehingga meningkatkan sinergi antara lembaga-lembaga pengembang ekonomi islam dengan mahasiswa dalam membuat instrumen yang cocok untuk menggarap potensi alam yang masih belum terjamah. Keempat, wilayah yang masih kuat unsur kebudayaannya dengan nilai moral dan etika yang masih digenggam erat menjadi laboratorium paling baik dalam mengembangkan ekonomi islam.

Keuntungan-keuntungan ini diharapkan dapat ditingkatkan oleh para pejuang ekonomi islam di wilayah yang sampai saat belum terurus dengan becus(baik) ini. Karena karakteristik FoSSEI Merajut ukhuwah, dalam Dakwah, bernuansa Ilmiah ini diharapkan FoSSEI dapat menjadi alternatif dari kekosongan sistem perekonomian yang hari ini makin bernuansa eksploitatif. Menjadi pekerjaan rumah kita bersama seandainya FoSSEi dapat menjadi solusi sebelum permasalahan terjadi, di Wilayah Sumatera Bagian Selatan ini masyarakatnya masih menganut apa yang saya sebut enterpreneur kekeluargaan. Masyarakatnya memanfaatkan kreatifitasnya dalam menghasilkan produk dengan penjualan yang jaringan kekeluargaannya masih sangat kuat, sehingga dalam menghasilkan semisal dodol saja, maka sang enterpreneur masih mendapatkannya dari keluarga terdekat, dari mulai gula yang didapat dari paman, kelapa dari sepupu, dibuat dengan anak dan saudara kandung, ataupun jika harus kepasar maka barang yang dibeli biasanya dari teman bermain waktu kecil, dsb.

Konsep berjualan nan berkah serta makin jarang ditemukan di kota besar ini mesti menjadi titik fokus rekan-rekan ekonomi islam di FoSSEI. Kita lihat negeri cina yang hari ini menguasai Pasar Retail Indonesia sehingga hampir disetiap sudut dari bengkel sampai toko kelontok dikuasai warga keturunan cina ini, kemudian kerjasama ala Meiji di Jepang yang berhasil menguasai Otomotif di Indonesia bahkan di Dunia Internasional sampai saat ini, dan terakhir konsep persaudaraan zionis Yahudi yang dengan kebanggaan maha tinggi terhadap rasnya menciptakan pengusaan terhadap sektor moneter mulai dari masa Rockefellernya sampai george sorosnya yang diyakini memiliki dana yang dapat membuat limbung suatu negara. dari fakta ini kita dapat memahami hanya dengan konsep persaudaraan islam yang kuat sesungguhnya perekonomian umat manusia dapat diselamatkan. Sebab, dari Islamlah keberkahan muncul, konon katanya dengan kemiskinan non persen di pemerintahan Umar bin Abdul Aziz kemudian menyebabkan alam mendukung kekuasaannya, menurut sejarah bulir gandum di sama ini sebesar biji buah kurma. Bisa dibayangkan, berapa buat butir gandum saja jika kita ingin makan.

Inilah Pekerjaan Rumah kita selaku pejuang dakwah ekonomi islam yang seharusnya sudah berfikir ilmiah untuk mengembangkan wilayah dimana kita berada. Dan memperkecil diri kita menyibukkan dari fanatisme golongan yang menyebabkan kita tidak bersatu, politik kepentingan yang membuat dakwah menjadi goyang, atau permasalahan remeh-temeh pengakuan yang menyebabkan dakwah tidak ikhlas dan jauh dari berkah.
Seharusnya kita mengembalikan dakwah kita sesuai dengan visi dakwah yang Rasullulah SAW contohkan pada kita, dan ini merupakan refleksi kita bersama. Pertama Rasullulah SAW mempersiapkan pribadi yang kuat terlebih dahulu dengan mendekatkan kaumnya dengan Allah SWT dengan perjuangan dakwah yang tidak sederhana, 10 tahun beliau menguatkan kader dakwahnya di mekkah dengan ancaman pembunuhan, penyiksaan, dan pelecehan. Ingatlah cobaan itu lah yang menguatkan kita, hingga Rasullulah SAW merasa bahwa umatnya akan mudah goyak ketika Allah SWT membukakan harta dan kemudahannya, bukan ketika umatnya tidak bisa makan dan berada dalam jeratan kemiskinan.

Kedua. Konsep Hijrah Rasullulah SAW menjadi bukti bahwa dakwah harus senantiasa berfilosofi dengan senantiasa membuka jalur dakwah baru dengan senantiasa merindukan sebuah kemenangan dakwah, perpindahan bukti sebagai penguat dakwah bukan ketakutan. Ini yang sempat menjadi kisah lucu saya di Kerinci, ketika Akh Dores menanyakan apakah saya bersedia tinggal di Sumatera, saya katakan, sedang saya pertimbangkan. Artinya saat itu saya berfikir hegemoni Jakarta dengan masyarakatnya yang kian dekat dengan kamaksiatan, bergumul, kemudian menjadikan tempat umum karpet merah menampilkan budaya. Astagfirullah, saya hanya ingin menjadi orang-orang yang dikatakan Rasullulah SAW orang yang terbaik adalah orang yang sabar dan berusaha merubah keadaan tidak ideal di sekitarnya.
Ketiga, kemenangan dakwah pasti terjadi, man jadda wa jadda (siapa yang berusaha pasti bisa), dan ketika itu terjadi kita menjadi orang-orang yang senantiasa bertawakal kepada Allah SWT dengan sebenar-benar nya taqwa.

Melalui Musyawarah Regional SUMBAGTENG saya banyak belajar dan menyaksikan perjuangan rekan-rekan FoSSEI di sini dalam berkumpul memperjuangkan ekonomi islam agar tegak di pertiwi. Saya pun merasa belum melakukan apapun ketika menyaksikan pejuang dakwah ekonomi islam di sini. Hanya rasa syukur saja bahwa ketika amanah ini diberikan karena kemurahan Allah SWT yang menempatkan saya dalam medan dakwah dimana informasi menjadi harga yang murah untuk mendapatannya, dengan jarak tempuh yang ideal, kompetisi masyarakatnya yang membentuk pribadi tangguh dalam jarak masyarakat yang menunggu untuk di bangkitkan fitrah-fitrah ilahiahnya.

Beginilah kisah sederhana negeri sungai penuh, negeri yang baru dan membuat saya menjadi merasa tertarik hingga menciptakan kesan-kesan norak, ingin tahu, dan kurang sopan dalam menyambangi dan menanyakan hal-hal yang baru bagi saya ini. Semoga inilah keuntungan dakwah islam, melihat pejuang-pejuangnya merasa bahagia berukhuwah, dan merasakan cinta yang di rindukan oleh oleh penduduk-penduduk syurganya.

 *(cerita perjalanan dari Musyawarah Regional FoSSEI Sumbagteng di Kerinci) oleh Imam Punarko, Presidium Nasional FoSSEI 2010-2011

Akumulasi Kebaikan

Entah kenapa ketika sebagai manusia kita punya kemampuan untuk mengakumulasikan kekuatan. coba anda berfikir sejenak, ketika kita berkumpul dengan teman dalam acara seminar, pelatihan, mabit (malam bina iman dan taqwa), pengajian bulanan, dll. membuat kita seakan telah menggapai puncak keimanan tertinggi kita, seakan surga begitu dekat, semangat meletup kuat, dan hati terasa tentram. ini lah yang dijanjikan Allah SWT bahwa manusia yang senantiasa mengikuti lingkaran pengajian akan mendapatkan naungan dari malaikat-malaikatnya.

disisi yang lain, kita perhatikan hari ini masyarakat ternyata semakin terakumulasi kedalam kemaksiatan. tempat berkumpul untuk mengakumulasikan kemaksiatan semakin terlihat. lokalisasi perjudian, percintaan/perzinahan (lokalisasi PSK), pemborosan (mall), dll menjadi begitu kentara dimasyarakat. saya khawatir jika ini berlanjut maka kecenderungan masyarakat untuk mengakumulasikan kekuatan kembali terjadi. lihat saja hasilnya, tauran, korupsi, dan pembunuhan meraja rela. setidaknya, mengefektifkan kebaikan yang hari ini semakin jarang harus segera ditambah. dan kembali hati ini punya barometer kebaikan yang akan terus ditanamkan walaupun hati begitu pekat tertutupi kemaksiatan. 

baru-baru ini di Mureg FoSSEI Sumbagteng saya merasakan bagaimana hati-hati menunjukkan barometernya. salah satu peserta Mureg yang perilakunya dalam permasalahan etika dan moral dapat kembali memunculkan aura kebaikan yang tertanam dan mengakar kuat didalam hatinya. sampai pada saat sesi perkenalan ungkapan itu terdengar, "saya salut disini tidak ada yang merokok, kehidupan saya memang dahulu kurang baik. tapi sekarang saya mau berubah, saya merasa lebih dekat dengan Tuhan, terima kasih teman-teman". ungkapan ini membahagiakan siapapun pejuang kebaikan, dan ungkapan ini yang mengecutkan  nyali setan karena tersadar kerjanya sia-sia, tidak berguna, dan melelahkan. 

dan semoga saja kita tidak lelah memperjuangkan yang hak dan menghindari yang bhatil, hingga akumulasi kebaikan itu dapan menjadi dominan dihati kita, hingga rahmat Allah SWT melingkupi kita di yaumul akhir nanti. amin

Optimisme

Meninggikan pohon dakwah memang tidak semudah yang terlihat, harus rajin di beri pupuk, dibersihkan dari hama, dan diberikan intensintas sinar matahari yang cukup. tetapi ada yang lebih sulit dari itu semua menjaganya untuk tetap subur dan  memiliki postur yang baik. hingga kuat di hantam terjangan air, tidak mudah tergerus abrasi, dan mendatangkan manfaat bagi tanah disekitarnya. seandainya ini sudah terjadi, baru kita siap memetik buah yang manis nan ranum.

ada yang bisa menjelaskan kenapa seseorang bisa jenuh dalam memperjuangkannya, ada yang seperti tidak tahu bahwa pohon itu akan berbuah, atau pesimistis buahnya akan manis?
memang hanya kepada Rasullulah SAW optimisme itu terlihat, banyak kisah beliau yang hari ini bisa kita ambil hikmahnya hingga seperti sumur yang terus menghasilkan air walaupun ribuan kali di ambil.

ya Optimisme, seperti Soekarno yang menyakinkan bangsanya bahwa mereka bukan mental tempe.
ya Optimisme, semoga kita masih tetap memilikinya