Pages

Rabu, 04 Mei 2011

MEMUDAHKAN, BUKAN MENYULITKAN

Bersama Allah melalui kitabnya
Kalau engkau mau membaca kitab Allah SWT, kemudian merenungkan kandungan, maka engkau akan mengetahui banyak sekali ayat yang berkaitan dengan hukum-hukum (taklif) yang dijelaskan oleh Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya dengan segala kemudahan. “Dia tidak menjadikan atas kamu dalam agama ini kesulitan…”
Dalam menjelaskan akidah, Allah menjelaskan dengan uslub yang mudah, sehingga bisa dipahami oleh orang yang alim maupun yang awam.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (ali-Imran :190)
 Andaikan ada didalam keduanya (langit dan bumi tuhan-tuhan selain Allah , Maka Hancurlah keduanya.
Niscaya sebagian mereka merasa lebih tinggi atas sebagian yang lain.
Jika demikian, pasti mereka menjadikan yang memiliki ‘Arsy (Allah) sebagai tujuan.
Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."(Al Ikhlas: 1-4)
Demikianlah akidah itu disampaikan dengan beragam uslub. Suatu waktu berdialog dengan perasaan manusia, di saat lain mengajak bicara akal mereka, atau mengajukan tantangan kepada manusia. Al-Qur’an mengajak manusia untuk berpikir dan merenung. Semua itu dengna uslub yang mudah agar meresap sampai pada akal pikiran dan hati nurani
Alangkah mudahnya gaya Al-Qur’an dalam memaparkan masalah ibadah, seperti shalat, zakat, haji, puasa dan jihad serta ibadah-ibadah yang lainnya.

Melalui Shalat
Allah SWT, memudahkan pelaksaan shalat dan menghilangkan kesulitan dalam masalah wudhu, pada saat air sulit didapatkan atau sebab lainnya. Dalam kondisi seperti itu, menggunakan debu yang suci untuk bertayamum diperbolehkan. Bahkan jika pun air dan debu tidak mereka dapatkan, mereka tetap bisa shalat.
Apabila dalam bepergian, kita diberi kerianganan untuk melakukan shalat dengan qashar (diringkas). Demikian juga ketika sedang sakit, diperbolehkan untuk shalat sambil duduk. Jika duduk tidak mampu, shalat sambil terlentang, dan jika tetap tidak mampu juga, diperbolehkan shalat dengan isyarat mata, demikian seterusnya.
Ada sebagian sahabat yang mengadu kepada Rasullulah SAW  tentang ketidakmampuannya untuk melakukan shalat sambil berdiri. Rasullulah SAW bersabda kepadanya,
“shalatlah kamu dengan berdiri, jika tidak mampu maka dengan duduk, dan jika tidak mampu maka diatas lambungmu ( miring)”

Memulai Puasa
Allah SWT, berfirman,
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,  (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan[114], Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.(Al-Baqarah : 183-184)
Perintah Allah yang didahului dnegna seruan yang lembut dan penuh syahdu –wahai orang-orang yang beriman,,,- ini merupakan ungkapan yang istimewa dan menyenangkan hati. Kemudian Allah memberitahukan bahwa melakukan ibadah puasa ini bukan merupakan suatu bid’ah buatan manusia, melainkan kewajiban yang juga pernah diwajibkan atas umat sebelum kamu. Dengan demikan, kewajiban ini akan terasa lebih ringan dilaksanakan, karena pernah juga dilakukan oleh umat sebelum ini yang juga manusia biasa seperti kita. Karenanya, terimalah sebagaimana mereka menerima.
…diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu..
Alangkah indahnya ungkapan itu, ungkapan tersebut mampu membuat hati menjadi senang, karena kita mestinya berpuasa sebulan lamanya, akan tetapi ketika Alah mewajibkan nya atas kita, dia menggunakan kata-kata yang menyejukkan sehingga kita menjadi ringan dalam melaksanakannya.
Selain hanya beberapa hari saja, kemudahan itu semakin teras bertambah dan kesuliatan pun semkain hilang ketika seoran gmuslim sedang dalam kondisi sakit atua bepergian.

Melalui Haji
Kita sering menyaksikan perselisihan pendapat dikalangan umat islam tentang manasik haji. Banyak diantara mereka yang berlebihan dalam berbicara seputar masalah ini dan merasa paling alim di atas bumi. Mereka berlebihan dalam menentukan hukum dan aturan pelaksanaan haji, sehingga justru mempersulit kaum muslimin itu sendiri.
Cobalah simak baik-baik apa yang dikatakan ibmu Al-Abbar, bahwa seseorang berkata kepada nabi SAW, “saya berziarah sebelum melempar” nabi berkata “ tidak apa-apa”, orang itu berkata lagi, “saya mencukur sebelum menyembelih, “nabi menjawab” tidak mengapa”. Dalam riwayat lian disebutkan bahwa nabi SAW tidak ditanya tentang sesuatu pun kecuali beliau menjawab, “lakukanlah, itu tidak mengapa” ( HR. Bukhari)
Sebagai ulama mengatakan ,”melanggar dalam manasik haji itu melanggar sunah.” Ibnu Hazm mengatakan , “mereka tidak menyalahi sunah dan tidak melanggar sunah, karena ia merupakan sesuatu yang diperbolehkan oleh Rasullulah SAW, apalagi beliau tidak melihat didalamnya dosa. Tetapi dalam hal ini mereka sekedar meninggalkan yang lebih afdhal saja.”
Kalian semua, wahai saudaraku para dai, harus memahami, bahwa masalah tersebut adalah masalah khilafiah antara sunah dengan mubah, bukan antara wajib dengan mubah, bukan pula sunah dengan bid’ah, yang paling penting dalam hal ini adalah pelaksanaan, sehingga wajib bagi dai yang faqih untuk tidak memperberat manusia, apabila mereka mendahulukan atau mengakhirkan satu dengan yang lain. Setiap dai tidak mempersulit, karena Rasulullah tela memberikan teladan baik kepada kita dengan mempermudah.
Melalui Jihad
Marilah kita baca bersama ayat-ayat berikut ini, kemudian renungkanlah bagaimana manhaj dakwah Al-Qur’an dalam menerangkan kewajiban jihad fi sabillilah. Yakni dengan uslub yang dapt memperkukuh keyakinan dan menarik hati manusia untuk mengorbankan jiwanya di jalan Allah dengan penuh keikhlasan. Bahkan gugur dijalan Allah menjadi cita-cita tertinggi mereka, Allah SWT berfirman,
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; Maka Allah berfirman kepada mereka: "Matilah kamu"[154], kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.  dan berperanglah kamu sekalian di jalan Allah, dan ketahuilah Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.(Al-Baqarah : 243-244)
Sebelum memerintahkan mereka untuk berperang, Allah mendahulukan kisah yang sekiranya dapat memperkuat akidah dan menghilangkan perasaan takut mati, serta memberitahu setiap muslim, bahwa alau ajal sudah dating tidak bisa dipercepat atau ditunda seseat pun. Tidak bisa diajukan dan tidak bisa pula diundurkan meski sedetik pun.
Dengan demikian, mereka yang memahami hal ini akan merasa tenang, karena tangan manusia tidak berkuasa walau sedikit pun untuk mengurangi atau menambah, memperpendek atau memperpanjang umur seseorang. Dengan demikian, dia bisa melaksanakan jihad dengan penuh keyakinan dan tawakal terhadap ketentuan Allah dan menarik apa yang menjadi ketentuannya.
Renungkanlah, semoga Allah memberikan pemahaman kepadamu mengenai agama ini, bagaimana kisah yang menarik itu mendahuli perintah jihad, agar jihad itu menjadi ringan dna mudah diterima oleh jiwa manusia. Demi Allah, jika ini merupakan manhaj Al-Qur’an, mengapa kita tidak mengikutinya?





Tidak ada komentar:

Posting Komentar