Pages

Rabu, 04 Mei 2011

Memudahkan bukan menyulitkan

Setiap dai wajib melihat objek dakwahnya dengan jiwa dan pandangan seorang pendidik yang penuh kasih sayang, rendah hati, dan pemaaf. dia senantiasa mengharap kebaikan atas diri objek dakwahnya. bukan sebaiknya, memandang objek dakwah dengan pandangan penuh kepura-puraan, sok alim, dan berusaha menampilkan kesan dihadapkan mereka bahwa dirinya adalah yang paling pintar di muka bumi. sehingga objek dakwah yang kita tuju tidak tersentuh akibat tertutupi oleh disparitas kesombongan dan keangkuhan diri kita.


tersebut dalam kitab shahih bukhari-muslim, dari ubay bin ka'ab, bahwa Rasullulah bersabda,
"sesungguhnya Musa a.s pernah berdiri sebagai khatib di hadapan Israel, lalu Musa ditanya tentang sapakah manusia yang paling alim. Musa menjawab. "Aku", Serta merta Allah Ta'ala mencelanya, karena masih ada  ilmu yang belum sampai kepadanya. kemudian Allah emberi wahyu kepada nya bahwa Allah mempunyai seoran ghamba yang tinggal di pertemuan dua lautan, yang lebih alim daripada Musa, dan Allah memerintahkan Musa datang datang dan berguru kepadanya.

itulah sepenggal kisah nabi Musa yang bertemu Khidir dan kita sudah mengetahui ujung dari kisah yang melahirkan hikmah yang begitu besar kepada Nabi Musa sendiri.
dari sinilah kita sebagai seorang da'i wajib berbicara dengan manusia dengan kadar akalnya, sehingga memudahkan apa-apa yang terasa sulit dan menjelaskan apa-apa yang belum jelas bagi mereka. seorang da'i tidak perlu menampilkan seakan sebagaiseorang yang alim dan bijak, agar dikatakan manusia ialah yang paling alim.  karna jika itu terjadi maka terhapuslah amalah yang telah kita usahakan. dan kita dituntut untuk bertindak sesuai dengan apa yang menjadi fitrah seorang da'i menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran. sabda Rasullulah SAW.
"sesunggunya orang yang paling aku benci diantara kamu dan yang paling jauh dariku dihari kiamat adalah orang yang banyak bicara, orang yang mulutnya penuuh dengan omong kosong, dan orang yang suka menonjolkan kelebihan dirinya dihadapan orang lain. (HR. Timidzi)

seorang dai harus menghindarkan dirinya dari perangkat dari perangkap setan, halusnya riya' serta godaan yang memperindah hawa nafsu yang memaksanya untuk berbuat kemaksiatan, sehingga amal baiknya terhapus. Allah SWT berfirman.

Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya. (Al-Kahfi :110)

yang paling penting untuk diperhatikan oleh seorang dai dalam upaya menarik perhatian pendengarnya saat bicara dnegna mereka adalah menghubungkan antara tema yang dia bicarakan dengan realitas yang sedang dihadpi oleh objek dakwah, dengan cara membuat ilustrasi-ilustrasi yang mudah dipahami, dan menggunakan ragam uslub (gaya bahasa) yang dapat membangkitkan perhatian, serta menggunakan perbandingan-perbandingan dengan hal-hal yang serupa.
beberapa hal yang penting terkait sikap dan perilaku seorang dai dalam menyampaikan risalahnya adalah :
- mempertajam pemahaman,
- mengikut sertakan audiens dengan dialog.
- berbicara dengan sungguh-sungguh, dan sederhana
- tidak berlebih dalam melontarkan pertanyaan kepada audiens

dan yang terpenting seorang dai harus memiliki keikhlasan yang tinggi dengan bersungguh-sungguh ikhlas dalam melaksanakan perannya, yang sesungguhnya harus kita syukuri karena kita menjadi da'i, bukan menkufuri dengan sikap-sikap yang tidak selayaknya. semoga kita menjadi dai yang dapat menjadi panutan serta memiliki pengaruh dalam menarik audiens untuk kembali kedalam dekapan islam yang hakiki. waulahualam bis sawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar